tuan, inikah jamuan terakhir sebelum dinyanyikan kidung-kidung surga di penghujung senja. sepanjang syair yang terdengar seperti kecemasan akan kehilangan.
duh, tak ada gerimis senja ini, cuma jingga yang memuai. ah, kemana diberangkatkan rindu ini? aku bertanya..
cemas di pucuk senja selalu mungkin tergurat. barangkali gundah dalam jingga yang mengundang sendu. tapi senja hanya sebentar. biar saja jingga lebur dalam samudera, bersama merah mentari yang menyaga. hingga sempurna malam menggenapi bait syairmu.puan, kini dengar jawabku: selalu ada ruang untukmu di pelataran bumi, bila rindu menuju.
detik menitik, mengalir aku.. rintik. mengalir rindu
: padamu, tuan
akan dapat kau eja bait rindu di dinding malam. segera setelah senja usai. larik biru yang kutulis dalam gamang. syair tentang recik rintikmu yang menggenang. sedang lelaki ini lanut dalam kenang.dan beginilah aku. terbuai lena dalam aliran biru: rindumu, puan
maka sekali waktu ijinkanlah aku seperti ini, menamatkan sepotong senja di sudut taman. melepas alas kaki menapak rerumputan, menjentik bulir-bulir embun yang menyisa di dedaunan atas tilas hujan tadi siang. menyanyikan puji dan kidung surga demi segurat kenang.
ah, rindu ini tuan, akankah larut kau sedemikian?
sungguh telah kutulis pesan di dinding malam. tempat lelapmu sembunyi. tentang hasratku untuk menari. menari di bawah rinai bulir rindu. berdua denganmu. menebar tebar serbuk bintang di taman hati, hingga bunga-bunga bersemi sedang kita melupa musim.lalu dalam biru rindu yang memerah, kita bikin itu waktu mati. pun waktu kehilangan makna. hanya berupa jarum yang berdetik pada jam di dinding batu. sebab makna telah terserap habis, lebur dalam indahmu.olehnya puan, rindu lelaki ini tak terbatas waktu. rindu selalu hadir di hati bahkan saat kau-aku ada bersisian; jiwaku tetap merindui jiwamu. demikian rindu, bahwa larut aku di dalamnya.duhai puan, untuk rindu seperti itu. maukah kau larut bersamaku?
ya, pernah kubermimpi. kau bisikkan dongeng negeri bunga. warna dan cahaya. tentang taman di bawah kerlip gemintang. lalu dari tatapmu, kupungut sepercik cahaya berwarna biru. yang bercerita tentang keindahan puisi dan denting penggiring lagu. memecah sunyiku. ya, aku larut dalam rindu.
duhai tuan, kusapa engkau untuk larut bersamamu..
larut hingga tak ada lagi kau-aku.hanya ada, kita.: satu dalam semesta rindu.
semesta bercerita, mari merinai bersamanya.
terima kasih atas perjamuan rasamu, tuan.
semesta memanggil pulang. mari membumi.duhai puan, seperti madu,hadirmu kali ini.: manis, leleh di hati
maka terimalah puan, kembali kasihku.
***
--- NoName
0 komentar:
Posting Komentar